KBR, Bandung- Seribuan Driver Gojeg Bandung Raya mendatangi kantor perwakilan ojeg berbasis online di Jalan BKR, Kota Bandung. Mereka memprotes perubahan tarif yang dilakukan sepihak oleh manajemen.
Perubahan tarif sepihak yang diputuskan pada pekan lalu itu menjadi senilai Rp 2000 per Kilometer dipotong pajak 20 persen yang awalnya Rp 2500 per Kilometer.
Menurut Wakil Ketua Umum Himpunan Driver Bandung Raya (HDBR) Gojeg,
Abah Wahyu, turunnya tarif ini mengakibatkan kerugian materi dan minimnya keselamatan jiwa seluruh driver.
"Awalnya Rp 4000 per Kilometer turun Rp 3500 terus Rp 3000 dan sekarang Rp 2500. Dari Rp 2500 ini kemudian serta kini menjadi Rp 2000. Itu tanpa ada konfirmasi lagi," ujarnya di Jalan BKR, Kota Bandung, Senin (15/8).
Wakil Ketua Umum Himpunan Driver Bandung Raya (HDBR) Gojeg, Abah Wahyu
mengatakan dengan pemotongan tarif ini, otomatis setiap driver hanya menerima keuntungan sekira Rp 1500 untuk setiap penumpangnya.
Untuk itu kata Wahyu, seluruh perwakilan gojeg se Bandung Raya yang meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi bersepakat menghentikan operasionalnya, sampai adanya keputusan penyesuaian tarif yang lebih manusiawi.
Keluhan tentang tarif angkut penumpang ini dikatakan juga oleh salah seorang driver, Harga Sinantra, bekerja sejak September 2015. Harga mengaku kecewa dan berduka atas kebijakan tersebut.
"Dengan harga segitu kita rugi. Belum lagi kepotong biaya nelepon klien sama bensin ditanggung sendiri," kata Harga di tempat yang sama.
Usai mediasi manajemen Kantor Gojeg di Kota Bandung menyebutkan telah menampung seluruh tuntutan driver. Rencananya akan disampaikan langsung kepada manajemen Gojeg di Jakarta.
Atas tanggapan dari Kantor Gojeg di Bandung itu, Himpunan Driver Bandung Raya (HDBR) Gojeg memberikan tenggat waktu selama tiga hari kepada manajemen di Jakarta agar kondisi tarif kembali ke semula.
Seribuan driver Gojeg ini melayangkan tuntutannya dengan menggunakan pakaian warna hitam, sebagai simbol berkabung. Hal itu berlaku juga bagi lebih 36.000 driver lainnya.
Editor: Rony Sitanggang