KBR, Situbondo- Sekitar tiga hektar lebih hutan jati di kawasan Hutan Lindung terbatas petak 44 D milik perhutani, di Desa Klatakan, Situbondo, Jawa Timur, terbakar. Kepala Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Situbondo Puriono mengatakan, kebakaran ini dengan cepat meluas karena lahan yang terbakar berupa hutan jati yang juga ditumbuhi ilalang yang mengering.
Satgas kebakaran hutan dan lahan BPBD Situbondo bersama petugas Perhutani sempat kewalahan memadamkan api, karena disertai angin cukup kencang di lokasi kebakaran. Sehingga api dengan cepat melalap kawasan hutan jati tersebut.
Kata Puriono, lokasi sangat sulit dijangkau oleh mobil pemadam, pemadaman dilakukan dengan menggunakan alat manual. Akibatnya api baru bisa dipadamkan sekitar 4 jam.
Kata puriono, beruntung lokasi kebakaran jauh dari permukiman warga.
“Untuk penyebabnya saat ini masih dalam penyidikan, karena ketika ke TKP api sudah menyala. Untuk yang terbakar alhamdulillah jauh ke permukiman penduduk jadi untuk dampaknya kecil ke penduduk dan sangat jauh. Untuk dampaknya karena memang dampak kemarau karena daun-daun ranting yang banyak sudah kering di bawah itu,” kata Puriono, Kamis (5/7/2018).
Kepala Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Situbondo Puriono menambahkan masih menyelidiki penyebab kebakaran hutan jati ini. Apakah ada unsur kesengajaan atau terbakar secara alamiah akibat kemarau pajang.
Di Kabupaten Situbondo, pada musim kemarau panjang ini rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan. Sebab kawasan yang terkenal dengan julukan Kota Santri ini diapit dengan dua kawasan hutan.
Di kawasan timur Situbondo ada hutan Taman Nasional Baluran. Sedangkan kawasan Barat Situbondo ada hutan Gunung Argapuro.
BPBD Situbondo menghimbau kepada masyarakat untuk tidak membuang puntung roko sembarangan ketika masuk kawasan hutan dan lahan yang mudah terbakar di musim kemarau panjang seperti saat ini.
Editor: Rony Sitanggang