Bagikan:

Trauma, Suku Kamoro Papua Abaikan Janji Freeport

Masyarakat Suku Kamoro di Kabupaten Mimika Papua menyatakan tak tergiur dengan janji manis pembangunan smelter di wilayahnya bakal menyejahterakan masyarakat.

BERITA | NUSANTARA | NASIONAL

Sabtu, 06 Jun 2015 19:02 WIB

Ilustrasi Smelter Papua. Foto: Antara

Ilustrasi Smelter Papua. Foto: Antara

KBR, Jakarta - Masyarakat Suku Kamoro di Kabupaten Mimika Papua menyatakan tak tergiur dengan janji manis pembangunan smelter di wilayahnya bakal menyejahterakan masyarakat. 

John Nakiayi dari Lembaga Musyawarah Adat Suku Kamaro (Lemasko) mengatakan masyarakat Suku Kamaro bertahun-tahun mengalami mengalami trauma.

Mereka awalnya dijanjikan pemerintah akan kesejahteran sehingga melepaskan ribuan hektar tanah untuk dialiri tailing PT. Freeport. Ternyata janji itu banyak yang tidak bisa dipenuhi bahkan lingkungan hancur. Sehinga masyarakat di lima kampung harus dipindahkan ke tempat lain.

“Melihat pengalaman yang lalu sampai yang sekarang, kerusakan akibat Freeport di sana itu menyebabkan warga demo terus menerus. Masyakat asli juga masyarakat Papua yang lain menuntut supaya dua suku besar di Mimika maupun Papua lainnya mendapat prioritas. Tapi perusahaan (Freeport) selalu beralasan butuh orang yang punya skill," kata John Nakiayi dari Lembaga Musyawarah Adat Suku Kamaro (Lemasko) di Jakarta.

Sebagai upaya menolak dibangunnya smelter, Suku Kamaro telah melayangkan surat kepada Presiden Joko Widodo dan kementerian terkait. Mereka mendesak supaya rencana pembangunan smelter itu dibatalkan. 

Suku Kamaro juga mengirim suarat kepada Komisi Energi DPR dan Menko Perekonomian Sofyan Djalil meminta dilakukan audiensi dengan masyarakat adat. 

Wilayah adat Kamaro sebagian besar adalah pesisir yang kaya dengan hutan mangrove, sagu dan ikan yang menjadi sumber kehidupan. Sehingga pembangunan smelter diyakini akan menghancurkan kelangsungan hidup masyarakat. 

Editor: Agus Luqman 

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending