KBR, Jakarta– Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Panjaitan mempertanyakan rencana para pensiunan jenderal TNI yang ingin membuat simposium tragedi 65 untuk menandingi acara serupa yang bulan lalu digelar. Luhut mengatakan, tidak ada yang perlu ditandingi.
Kata dia, apabila suara kelompok pensiunan TNI ingin didengar, seharusnya mereka datang pada simposium sebelumnya.
“Saya tuh enggak ngerti, yang ditentang apanya? Karena semua pihak diundang, dan pembicara itu adalah orang-orang yang kredibel. Nah, saya undang pembicara pertama itu Sintong Panjaitan karena dia adalah saksi hidup dari peristiwa G30S PKI. Dia adalah RPKD komandan kompi yang pertama yang masuk ke Jawa Tengah. Yang mau ditandingi apanya? Tapi kalau mau buat seminar lagi ya silakan. (Simposium dianggap tidak imbang?) Kenapa enggak imbang? Orang dia enggak datang, ya urusan dia,” kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Panjaitan di kantornya, Rabu (18/05/16).
Meski mempertanyakan alasannya, Luhut tetap mempersilakan para pensiunan petinggi TNI itu menggelar simposium tandingan. Kata dia, rencana mengadakan simposium itu adalah urusan mereka sendiri.
Pada 1 hingga 2 Juni mendatang, purnawirawan TNI berencana menggelar simposium melawan PKI. Simposium itu adalah tandingan Simposium Membedah Tragedi 1965 yang diadakan bulan lalu. Mereka beralasan, Simposium Membedah Tragedi 1965 itu tidak seimbang dan condong kepada kelompok yang dianggap komunis.
Editor: Rony SItanggang