KBR, Jakarta - Petani Bondowoso, Jawa Timur menilai rencana pemerintah
kabupaten untuk memberikan asuransi pertanian sangat tepat. Sebab, kata
Salah satu petani Bondowoso Wahyudi Arifin, kesulitan para petani setiap
pasca panen adalah banyaknya tengkulak yang mempermainkan ketetapan
harga pemerintah sehingga merugikan petani. Namun Wahyudi mengaku
keberatan dengan perhitungan pemerintah soal nilai asuransi sebesar 6
juta rupiah per hektar. Besaran itu dinilai masih kurang. Sebab kata
dia, modal mengelola satu hektare lahan pertanian padi saja mencapai 10
juta rupiah.
"Saya
rasa kurang ya (Kalau nilai asuransi 6 juta rupiah per hektare).
Setidaknya kalau per hektare itu 10 juta rupiah, baru itu bisa kembali
modal. Karena per hektare ntuk menanam padi saja itu modalnya sudah 10
juta rupiah. (Jadi nilai asuransi 6 juta per hektare itu dirasa kurang
ya?) Kurang kalau 6 juta. Modalnya saja sudah 10 juta rupiah, sementara
kalau sudah panen itu biasanya per hektare dapat 15 juta, 12 juta jadi
keuntungan cuma 2 juta. Malah kalau sudah gagal panen itu modal itu
hanya balik 5 juta rupiah, 4 juta rupiah," jelas Wahyudi kepada KBR, Jumat (1/5/2015)
Petani
Bondowoso Wahyudi menambahkan, belum ada sosialisasi lanjutan terkait
asuransi pertanian dari pemerintah Bondowoso. Termasuk soal kesepakatan
premi asuransi antara pemerintah dan petani.
Sebelumnya, Pemerintah
Kabupaten Bondowoso Jawa Timur tengah mempertimbangkan pemberian
asuransi ke petani yang gagal panen. Program tersebut diterapkan bila terjadi gagal panen berat atau puso, kekeringan dan
terkena banjir. Dari program itu rencananya petani akan
mendapatkan asuransi sebesar Rp 6 juta/hektar.
Editor: Malika