KBR, Jakarta - Banjir di Bekasi, Jawa Barat kali ini diperparah oleh fase pasang maksimum purnama. Ketua Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN), Thomas Djamaludin mengungkapkan, fase alam tersebut mengakibatkan arus sungai sulit terbuang ke laut. Sehingga, banjir kali ini lebih tinggi dari biasanya.
"Setiap awal bulan dan saat purnama. Pasang maksimum purnama ini mempengaruhi kondisi laut, kalau di darat itu karena cuaca dan daya dukung lingkungan. Nah karena pasang laut yang tinggi itu, maka air tak segera terbuang ke laut. Nah ini yang menyebabkan genangan di beberapa tempat itu lebih tinggi dari biasanya," jelas Thomas kepada KBR, Jumat (22/4).
Ia melanjutkan, fase pasang purnama bakal memengaruhi kondisi alam hingga dua hari ke depan. Maka apabila curah hujan tetap tinggi, ia memperkirakan genangan air akan sulit surut. "Purnama itu kan kemarin (Kamis, 21/4). Fase pasang maksimum itu kan plus minus dua hari. Artinya, kalau kondisi cuaca buruk terjadi saat fase pasang maksimum ya akan ada penguatan. Jika dalam dua hari ke depan kondisi curah hujan masih tinggi maka ada peluang genangan air yang cukup tinggi," katanya.
Umumnya, ia menjelaskan, banjir dipengaruhi oleh dua faktor yakni cuaca dan daya dukung lingkungan. Namun pada waktu-waktu tertentu, ada faktor alam lain yang memperkuat terjadinya banjir. Salah satunya, fase pasang maksimum purnama ini.
"Daya dukung lingkungan memang di Jabodetabek kan kondisinya seperti itu. Beberapa wilayah sering banjir. Misal, saluran air yang tak bagus, drainase dan kondisi sungai. Kali ini diperparah pasang maksimum saat purnama, yang sebabkan pasang air laut itu maksimum. Sehingga air limpahan karena hujan yang cukup intens itu tidak segera bisa terbuang ke laut. Jadi kombinasi tiga hal itu yang sebabkan banjir yang cukup tinggi dari biasanya," pungkasnya.
Editor: Damar Fery Ardiyan