KBR, Jakarta - Gempa bumi terjadi di Laut Banda dan Laut Sulawesi ketika sejumlah wilayah Indonesia dilintasi gerhana matahari total (GMT). Deputi Bidang Geofisika BMKG, Masturyono mengatakan, kedua gempa ini tidak berhubungan dengan fenomena GMT dan tidak berpotensi tsunami.
"Di Laut Banda termasuk gempa dalam dan tidak berpotensi tsunami. Demikian juga yang kedua, itu di laut Sulawesi, sangat dalam. Tentu saja tidak bepotensi tsunami," kata Masturyono di kantor BMKG, Rabu (09/03/2016).
Masturyono menjelaskan, kekuatan gempa di Laut Banda sekitar 4,1 skala richter, sedang Laut Sulawesi 4,2 skala richter. "Terjadi berselang 15 menit satu dengan yang lainnya. Gempa yang dilaut banda terjadi lebih dulu disusul dengan di laut sulawesi," tambahnya.
Proses gerhana matahari total di seluruh Indonesia terjadi sekitar 3,5 jam. Kontak GMT pertama terjadi di Kutaagung, Lampung. Kemudian diikuti kota lain, seperti Jakarta, Bandung, Palembang dan yang terakhir di Jayapura.
Puncak gerhana terjadi pada pukul 07:18:20 dimulai dari Sei Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat dan disusul kota lainnya.
Kota-kota yang dilalui gerhana matahari total yaitu Bengkulu, Palembang, Tanjung Pandan, Palangkaraya, Balikpapan, dan ternate. BMKG melakukan pengamatan GMT menggunakan teleskop yang dilengkapi dengan live streaming di 19 lokasi dan 7 lokasi yang mengalami GMT.
Editor: Damar Fery Ardiyan