KBR,Jakarta - Industri perfilman nasional pada peringatan ke 65 tahun ini dinilai selalu tertinggal dalam teknologi. Padahal menurut Dekan Fakultas Film dan Televisi-Institut Kesenian Jakarta RB Armantono, perpindahan teknologi dari analog ke digital membuat industri film global berubah cepat.
Itu sebab, perfilman nasional seharusnya fokus menggali konten-konten lokal, seperti yang dilakukan insan perfilman di beberapa negara di Asia agar bisa bersaing.
"Kalau teknologi kita selalu ketinggalan, paling kita miliki yang bisa menghadapi kebudayaan global, sebetulnya pada kontennya, hal ini kita lihat dalam perkembangan film-film Jepang, Korea, Iran, di mana kita bisa melihat sesuatu yang berbeda pada kontennya," kata RB Armantono di KBR Pagi, (30/3/2015).
RB Armantono menambahkan, sejumlah film dan sineas Indonesia sudah banyak yang mendapat penghargaan internasional. Namun, hal ini belum diimbangi dengan kebijakan perfilman dalam negeri. Ia meminta pemerintah bisa memperluas jaringan bioskop ke seluruh Indonesia, sehingga distribusi film lebih merata.
Editor: Antonius Eko