KBR, Jakarta - Dalih penaikan harga tiket jaminan kereta rel listrik harian (single trip) yang dilakukan PT KAI Comuter Jabodetabek mulai Rabu (1/4/2015) menuai kritik.
Koordinator KRL Mania, Nurcahyo menilai, penaikan harga kartu jaminan hingga Rp 10 ribu sangat memberatkan penumpang yang tidak tiap hari menggunakan KRL. Apalagi, menurut dia, alasan penaikan yang dilontarkan Direktur Utama KCJ, M Fadhil kurang tepat.
Sebab PT KCJ hanya menyalahkan pelanggan atas hilangnya ribuan kartu setiap hari, tanpa melakukan audit ke dalam mengapa banyak kartu yang raib. Dia pun menyarankan agar KCJ membeberkan biaya pembuatan satu tiket harian ke hadapan publik.
"Kalau tidak bertanggung jawab mah tidak bayar uang jaminan. Sekarang harga mereka bikin tiket itu berapa? Kalau di bawah Rp 5000, dengan hilangnya 5 juta bahkan mereka malah profit, karena mereka punya uang jaminan,” ujar Nurcahyo dalam KBR Pagi.
“Masalahnya kalau uang jaminan hilang, kartunya hilang, baru mereka rugi. (Jadi dalihnya kurang tepat?) Iya. Jadi itu belum tentu yang hilangin penumpang. Kemarin teman-teman sempat kesal juga dibilang ditelep lah. Padahal mereka sudah bayar uang jaminan! Jadi seharusnya sudah tidak ada istilah ditelep, diambil penumpang.”
Nurcahyo menyarankan agar PT KCJ menerapkan tiket harian berbahan kertas kepada penumpang yang tidak sering menggunakan KRL. Ini dinilai dapat menekan angka kerugian dan PT KCJ pun tak perlu repot melakukan refund di stasiun tujuan. Jangan sampai, menurut dia, PT. KCJ terlihat hanya ingin berbisnis kartu tiket perjalanan ini.
Mulai 1 April 2015, PT KAI Comuter Jabodetabek menaikkan jaminan kartu perjalanan KRL dari sebelumnya Rp 5.000 menjadi Rp 10 ribu. Kenaikan tersebut untuk mengurangi tingkat kehilangan kartu perjalanan KRL yang tercatat masih sangat tinggi. PT KCJ mengklaim kehilangan hingga 15 ribu kartu setiap hari, jadi setahun sekira 5,2 juta kartu yang hilang.
Editor: Antonius Eko