KBR, Mataram- Pengungsi Ahmadiyah yang tinggal di asrama Transito Mejeluk Mataram, Nusa Tenggara Barat mengharapkan bantuan pemerintah daerah setempat. Ketua RT Pengungsi Ahmadiyah Transito Syahidin mengatakan, 118 jiwa dari 29 kepala keluarga mengharapkan kepada Wali Kota Mataram yang sekarang untuk mendapatkan bantuan seperti warga lainnya.
“Alhamdulillah sekarang sudah diberikan KTP. Sudah menjadi warga kota Mataram. Jadi kalau yang lain-lain seperti warga yang lain mendapat bantuan, bantuan raskin, kompor gas, pokoknya semacam bantuan itu tidak ada sama sekali dari pemerintah, kami tidak disentuh,” kata Ketua RT Pengungsi Ahmadiyah Transito Syahidin kepada KBR, Rabu (17/02/2016).
Syahidin melanjutkan, “apakah dianggap kaya atau bagaimana saya nggak mengerti. Kalau di anggap kaya tentu sekali punya rumah. Nah ini kalau dikatakan miskin, yang dinamakan miskin punya rumah dia."
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pengungsi Ahmadiyah harus bekerja menjadi buruh bangunan dan pasar untuk bertahan hidup dengan hasil tidak seberapa. Bahkan untuk memasakpun masih menggunakan tungku kayu bakar. Untuk tempat tinggal pengungsi Ahmadiyah harus memepati bilik berukuran 3 kali 4 meter untuk satu kepala keluarga.
Sejak sembilan tahun silam, jemaah Ahmadiyah mengungsi dari desa mereka di Ketapang, Lombok Barat setelah sebelumnya mengalami intimidasi dan kekerasan yang berujung pada pengusiran paksa. Sejak itu mereka tinggal di asrama Transito Mejeluk Mataram.
Editor: Rony Sitanggang