KBR, Jakarta- Anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) berharap pemerintah merealisasikan janjinya untuk merelokasi mereka. Ketua Salah Satu Kelompok Tani Dari Rasau Jaya, Kalimantan Barat, Yudi mengatakan, tidak ingin dipulangkan ke kampung halaman pasca kejadian pengusiran beberapa hari yang lalu.
Pasalnya kata dia, dipulangkan ke kampung halaman hanya akan membuat keadaan semakin kacau mengingat penolakan oleh warga di kampung halaman sudah banyak terjadi. Yudi bersama anggota Gafatar lainnya saat ini ditempatkan di Panti Sosial Bina Insan, Cipayung, Jakarta Timur
"Karena kalau misalkan kita pulang sendiripun apa yang mau kita kerjakan? Kita tidak tahu, harta benda kita soalnya sudah tidak ada. Belum tahu tempatnya di mana yang pasti kita akan cari tempat yang aman dan nyaman buat kita dan harapannya ga harus diantar dan diperlakukan khusus," ujar Ketua Salah Satu Kelompok Tani Dari Rasau Jaya, Kalimantan Barat, Yudi, Selasa (26/01/2016).
Yudi melanjutkan, "karena itu justru malah membuat kita tidak nyaman, karena masyarakat pasti akan melihat. Kalau dikawalnya tidak menggunakan senjata sih mending, kalau pakai senjata sama TNI dan POLRI malah khawatir. Lah wong kita buka teroris kok, kita bukan penjahat, kita hanya petani biasa."
Ketua Salah Satu Kelompok Tani Dari Rasau Jaya, Kalimantan Barat, Yudi merupakan warga asli Cirebon yang memutuskan untuk pindah mengadu nasib ke Dumai sebagai tenaga penyuluh pertanian dinas pertanian setempat. Dia lantas pindah ke Rasau Jaya, Kalimantan Barat untuk menjadi petani mandiri sejak 6 bulan lalu.
Selasa petang (19/01/2016) ratusan orang menyerang permukiman Gafatar
di desa Moton, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Mereka mengamuk
lantas membakar permukiman. Akibat serangan itu ribuan pengikut Gafatar
terpaksa mengungsi.
Pasca serangan di tempat itu, di berbagai daerah pemerintah setempat turut memulangkan anggota Gafatar. Termasuk yang berada di Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Editor: Rony Sitanggang