KBR, Jakarta- Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), menekankan agar mahasiswa dapat menjadi pelopor untuk menciptakan pendidikan yang ramah anak.
Sekretaris Kementerian PPPA, Titi Eko Rahayu mengatakan, untuk menghadirkan sekolah ramah anak masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah dalam upaya menekan angka kekerasan terhadap anak.
"Sosialisasi terkait pentingnya menghadirkan pendidikan yang ramah anak, dengan pelibatan mahasiswa sebagai pelopor dalam upaya perlindungan anak di lingkungan pendidikan menjadi penting. Sehingga lahir civitas akademika, aktor-aktor agen perubahan dalam masyarakat yang menghadirkan rasa aman," kata Titi dalam acara Peluncuran Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) Mengajar di Bali, Minggu (5/5/2024).
Titi mengungkapkan, perlindungan anak dari segala bentuk kekerasan, seperti seksual, perundungan, dan intoleransi, bisa betul-betul diwujudkan dalam proses belajar mengajar. Kata dia, tiga jenis kekerasan tersebut menjadi dosa besar pendidikan saat ini.
Itu sebab, Titi berharap program mengajar yang digelar mahasiswa menjadi percontohan dalam membentuk kurikulum yang memuat pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
"Dalam membuat kurikulum, silabus, dan rencana pengajaran dapat memberikan muatan program terkait pentingnya pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Mungkin beberapa isu bisa kami titipkan. Mudah-mudahan tidak memberatkan substansi yang akan disampaikan oleh adik-adik," pungkasnya.
Baca juga:
- Memutus Rantai Kekerasan Seksual di Kampus
- Kementerian PPPA: Kekerasan Terhadap Perempuan Paling Banyak Terjadi di Rumah Tangga
Editor: Resky Novianto