Skor kredit menunjukkan rekam jejak pelunasan utang
Selasa, 30 Januari 2024
KBR, Jakarta - Skor kredit sempat menjadi perbincangan hangat di platform X karena dijadikan sebagai syarat seleksi kerja. Hal ini jadi membuka mata banyak orang tentang pentingnya menjaga skor kredit di zona hijau.
Pendiri (founder) Tatadana Consulting, Tejasari Assad menyebut istilah skor kredit bukan hal baru di dunia finansial. Sebelumnya, informasi riwayat kredit ini lebih dikenal dengan BI checking. Sekarang namanya berubah menjadi Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) dan berada di bawah Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Salah satu fungsi dari skor kredit, kata Teja adalah menunjukkan rekam jejak debitur dalam melunasi pinjaman. Skor ini bakal menentukan besar kecilnya peluang seseorang mendapatkan pembiayaan.
“Misalnya kita mau ngambil KPR atau pinjaman kendaraan. Bank atau pihak yang mau ngasih pinjaman ke kita akan ngecek, orang ini bagus apa enggak ya? Bisa bayar cicilan kita apa enggak?,” jelasnya.
Penilaian skor kredit atau kolektabilitas direpresentasikan dalam lima skor yang memperlihatkan lancar tidaknya pelunasan pinjaman. Skor 1 dianggap sangat lancar, sedangkan skor 5 artinya macet atau gagal bayar.
Baca juga:
Merdeka dari Tumpukan Utang Pinjol
Tejasari Assad dari Tatadana Consulting menyebut skor kredit bukan perkara nominal pinjamannya, tapi ketepatan waktu membayarnya. (Foto: dok pribadi)
Teja bilang pemberi pinjaman (kreditur) bisa menolak jika skor kredit calon debitur berada di angka 3-4.
“Ketika masuk dalam kategori 2, dalam perhatian khusus tuh. Masuk kolektibilitas 3 atau 4, itu kita bisa nggak dapat sama sekali,” terang Teja.
Di sisi lain, tidak memiliki catatan kredit juga bukan berarti kabar baik. Sebab, kreditur butuh diyakinkan bahwa calon debitur memang punya rekam jejak yang lancar dalam melunasi pinjaman. Urusan Kredit Perumahan Rakyat (KPR), misalnya, bank tidak bisa melakukan penilaian, jika tidak ada data apapun di SLIK.
“Ada beberapa klien saya yang akhirnya bikin kartu kredit, dipakai secara lancar, 3 bulan aja. Nah, barulah dia punya data SLIK yang bagus, setelah itu baru mereka bisa ngambil KPR,” cerita Teja.
Skor kredit juga penting bagi pasangan yang ingin menikah. Teja menyarankan, sebelum memutuskan naik pelaminan, sebaiknya pasangan saling terbuka tentang skor kredit masing-masing.
“Kalau jelek, cerita dulu masalahnya apa, karena kalau enggak berarti kita akan membawa masalah utang ini ke dalam pernikahan, kita harus cover berdua,” kata Teja.
Teja menekankan, skor kredit bukan masalah nominal utangnya, tetapi komitmen dalam membayar utang tersebut. Ia mengingatkan, skor kredit buruk akan sulit diperbaiki.
“Walaupun kita utangnya cuma 50 ribu, tapi ngeliat komitmen kita untuk membayar tepat waktu, nggak ditunda-tunda. Artinya punya karakter bagus secara keuangan,” katanya.
Dengarkan Uang Bicara episode Yuk Jaga Skor Kredit Tetap Hijau! bersama founder Tatadana Consulting, Tejasari Assad di KBR Prime, Spotify, Apple Podcast, dan platform mendengarkan podcast lainnya.